
Review Komik Boruto. Oktober 2025, Boruto: Two Blue Vortex karya Masashi Kishimoto dan Mikio Ikemoto lagi panas-panasnya setelah chapter 26 rilis 19 September, yang bikin fans di Reddit dan X heboh soal dialog tajam dan ketegangan politik yang bikin deg-degan. Manga ini, sekuel Naruto yang mulai 2016 di Weekly Shonen Jump, tamat bagian pertama di chapter 80 tahun 2019 setelah hiatus panjang, lalu lanjut Two Blue Vortex sejak Agustus 2023 dengan time skip dramatis. Di era di mana anime Boruto season 2 lagi digarap Studio Pierrot, seri ini bukti warisan Naruto masih hidup—jual jutaan kopi, inspirasi spin-off, dan diskusi sengit soal Kawaki vs Boruto. Dari petualangan remaja Konoha hingga ancaman Otsutsuki baru, Boruto beda: campur action epik, family drama, dan kritik generasi milenial yang bikin pembaca mikir ulang soal legacy. Artikel ini review manga utama, dari plot sampe plus-minusnya, biar Anda paham kenapa Boruto tetep wajib dibaca meski sering dikritik. BERITA BASKET
Ringkasan dari Komik Ini: Review Komik Boruto
Boruto: Naruto Next Generations ceritanya pusat di Boruto Uzumaki, putra Naruto—Hokage Ketujuh—yang tumbuh di era damai pasca-Perang Ninja Keempat, tapi bosan dengan rutinitas shinobi dan sering ribut sama ayahnya yang sibuk. Bersama teman seperti Sarada Uchiha (putri Sasuke) dan Mitsuki (klon Orochimaru), Boruto urus ancaman kecil kayak Otsutsuki Kaguya sisa, sampe plot besar soal karma seal yang bikin dia dapat kekuatan curian. Bagian pertama bagi arc-arc seperti Academy Entry arc perkenalin tim 7, Mujina Bandits arc gali konflik internal, sampe Code Invasion arc klimaks dengan Kawaki—adik angkat Naruto—yang possess Karma dan picu pengkhianatan besar.
Two Blue Vortex, seri lanjutan, loncat waktu tiga tahun: Boruto dianggap buronan setelah Kawaki ganti posisinya sebagai “putra Naruto”, sementara Konoha hadapi Divine Trees—iblis Shinju yang lahir dari emosi Otsutsuki. Boruto, dibantu Sasuke yang koma, lawan Code dan Jura, sambil gali asal Kawaki yang misterius. Power system-nya evolusi: Karma buat steal jutsu, Rasengan varian, dan dojutsu baru kayak Byakugan Boruto. Karakter kunci seperti Himawari (adik Boruto yang OP) dan Daemon (adik Code) tambah kedalaman, di mana chapter 25 “Those Girls” soroti interaksi Sarada-Himawari yang fans tunggu, sementara chapter 26 bawa tension politik antar desa. Total 80 chapter bagian pertama plus 26 chapter Two Blue Vortex sampe sekarang, manga ini loncat dari slice-of-life keluarga ke perang divine, dengan cliffhanger bulanan yang bikin nunggu edisi VIZ berikutnya.
Kenapa Komik Ini Sangat Untuk Dibaca: Review Komik Boruto
Boruto wajib dibaca karena Ikemoto dan Kishimoto upgrade formula Naruto jadi sesuatu yang lebih modern dan relatable, tanpa kehilangan esensi ninja epik. Visualnya clean—panel fight dinamis bikin adrenalin naik, sementara ekspresi Boruto yang sarkastik pas ribut sama Naruto bikin ngakak di tengah drama. Di 2025, dengan chapter 26 yang puji dialog kuat dan pacing lebih baik, seri ini cocok buat fans yang haus development; Boruto bukan penerus sempurna ala Sasuke, tapi remaja egois yang belajar tanggung jawab, mirror isu generasi Z kayak pressure dari orang tua sukses.
Pacing-nya bulanan tapi padat: arc Shinju kayak thriller politik, tanpa filler berlebih, ideal buat baca santai seminggu. Di Reddit, opini terkini sebut chapter 25 “didn’t disappoint” soal girl power, dengan meme Kawaki “villain era” yang bikin diskusi fun. Inspirasi dari Naruto klasik, tapi tambah elemen sci-fi Otsutsuki yang kritik legacy vs inovasi—mirip isu AI atau climate change di dunia nyata. Buat pemula, mulai VIZ digital gratis sampe chapter 10; buat veteran Naruto, ini obat haus comeback Sasuke. Singkatnya, Boruto bukan cuma sequel—ia cerita soal tumbuh dewasa di bayang-bayang orang tua, pas buat Oktober yang lagi hujan dan pengen cerita hangat tapi action-packed.
Sisi Positif dan Negatif dari Komik Ini
Sisi positif Boruto kuat: world-building yang ekspansi universe Naruto—dari Kara organization sampe Divine Trees—bikin lore lebih dalam, sementara karakter arc-nya matang; Kawaki dari antagonis jadi anti-hero kompleks, Himawari dari cute jadi powerhouse potensial. Fight choreography-nya epik, kayak Boruto vs Code yang gabung Karma steal, plus tema family reconciliation bikin emosional tanpa cheesy. Di 2025, review chapter 26 sebut “great character development” dan “dramatic tension”, rating MAL 7.5+ karena twist politik yang segar. Dampak budaya? Inspirasi Boruto anime, game Ultimate Ninja Storm, sampe diskusi X soal “Boruto surpassing Naruto” yang bikin komunitas solid.
Tapi, negatifnya ada: pacing hiatus panjang bikin momentum hilang, kayak gap 2019-2023 yang bikin fans frustrasi, sementara plot Otsutsuki terasa overpowered dan kurang grounded—chapter awal Two Blue Vortex dikritik “rushed setup”. Female characters seperti Sarada underutilized awalnya, cuma jadi sidekick, sementara ending bagian pertama “predictable” buat sebagian. Di YouTube review, opini sebut “not as good as Naruto” karena kurang inovasi, meski subjektif. Intinya, plusnya dari legacy kuat, minusnya dari ekspektasi tinggi—tim kreator ambil risiko time skip, tapi kadang jatuh ke trope sequel.
Kesimpulan
Boruto di 2025 tetep warisan berharga Naruto yang berevolusi, dengan ringkasan saga dari remaja Konoha ke perang divine di Two Blue Vortex, alasan dibaca lewat visual dinamis dan tema relatable, plus keseimbangan positif development dan negatif pacing hiatus yang bikin debat seru. Kishimoto dan Ikemoto bukti sequel bisa mandiri, campur action brutal, tawa keluarga, dan filosofi legacy tanpa klise, meski nggak sempurna. Buat yang belum, mulai sekarang—siapa tahu chapter 27 bawa ledakan baru. Di akhir, Boruto ingatkan: jadi penerus bukan mudah, tapi dengan Rasengan hati, siapa pun bisa vortex biru. Selamat membaca, dan jangan lupa lindungi “Konoha”-mu sendiri.
You may also like

Review Komik Death Note

Review Komik Mashle: Magic and Muscles

Leave a Reply